Slicing Coding Style
Coding style di sini tidak selalu bisa diimplementasikan pada semua organisasi dan projek. Ini adalah dasar-dasar coding style yang mungkin bisa diikuti untuk mempermudah proses coding antara developer dan slicer ( designer ).
Gunakan Double Quote pada Atribut Elemen
Selalu gunakan double quote ( "
) untuk atribut element. Perhatikan jika mengambil font dari google font, secara default mereka menggunakan single quote, ganti menjadi double quote:
Hilangkan Atribut type pada Tag script dan link
Pada tag link
untuk stylesheet
dan script
untuk javascript, tidak perlu menambahkan atribut type
yang berisi text/javascript
atau text/css
. Ini adalah urusan HTTP Header untuk menset content type, dan lagi sebagian besar browser tidak peduli dengan atribut ini.
Tempatkan atribut rel, name, dan property di awal pada elemen link dan meta
Jika berurusan dengan tag meta
, atau link
, selalu awali atribut-nya dengan rel
, name
, atau property
yang kemudian diikuti dengan href
atau content
.
Gunakan HTML5
Tinggalkan HTML < 5. Mulai sekarang selalu gunakan html5. Awali setiap dokumen dengan <!DOCTYPE html>
. Karena menggunakan HTML5, selalu tambahkan tag <meta charset="utf8">
tepat di bawah tag head
.
Jangan Gunakan self-closing-tag
Jika menggunakan tag meta
, link
, img
, atau br
, atau tag lainnya yang berdiri sendiri. Hilangkan karakter garis miring di akhir nama tag ( self-closing-tag ).
Indentasi Dimulai pada Anak head dan body
Tag head
dan body
tidak perlu memiliki indentasi. Tambahkan indentasi hanya pada anak tag mereka:
Simpan Semua Aset di dalam Folder Berdasarkan Type
Gabungkan semua aset pada masing-masing folder sesuai tipe file nya. Pada umumnya, semua css disimpan di folder css
, dan javascript di folder js
, begitu juga dengan font dan gambar. Tujuan utama dari pemisahan ini adalah mempermudah proses minify sebelum di-deploy ke server produksi.
Jika ada aset-aset yang dibutuhkan hanya pada saat development, seperti gambar-gambar, atau css pembatu, maka simpan semuanya di folder terpisah. Hal ini lebih mudah untuk menghindari masuknya mereka ke server produksi, atau repository.
Pastikan mengubah referensi file jika memindahkan file aset ke folder-nya masing-masing. Referensi file bisa ada di HTML, atau file css yang mereferensikan ke file gambar atau file css lainnya.
Pritify HTML
Sebelum menyerahkan dokumen ke developer, pastikan semua HTML sudah di-pritify. Gunakan dirtymarkup untuk mempermudah proses pritify HTML.
Jangan Minify css dan javascript
Tidak perlu me-minify aset css dan javascript, ada node ( grunt/gulp ) yang akan mengerjakannya untuk Anda begitu projek siap diunggah ke server produksi. Tidak perlu juga mengikutsertakan versi minify pada saat dokumen dikirim ke developer.
Tambahkan css dan meta di head dan javascript di body
Semua file css dan tag meta
harus ditambahkan di bagian head
, sementara javascript harus dibagian akhir tag body
. Hilangkan css di body
dan tag script
di head.
Jangan Ada Inline css/javascript
Hilangkan semua inline css dan javascript. Pindahkan semuanya ke dalam satu file dan include di dokumen.
Jangan Gunakan Atribut style
Jangan pernah gunakan atribut style
. Jika ada style yang hanya digunakan oleh satu elemen, pindahkan style tersebut ke file, dan include di html.
Contoh isi file custom.css
:
Indentasi
Gunakan 4 karakter spasi untuk indentasi. Sifat karakter tabulasi terlalu sulit untuk diprediksi, dan mungkin menghasilkan indentasi yang tidak konsisten di masing-masing text editor/IDE developer/designer. Sementara 4 karakter spasi akan selalu sama di semua text editor dengan tipe font monospace.
Parent Masing-Masing Bagian Dokumen
Sebisa mungkin gunakan satu parent untuk semua bagian dokumen. Seperti header, konten utama, sidebar, dan footer agar memiliki parent element yang sama. Parent elemen bisa tag body, atau bisa juga tag div. Tujuan utama pemecahan seperti ini adalah agar masing-masing bagian bisa disimpan di file-file yang berbeda sehingga meminimalisir pengulangan penulisan script yang sama untuk masing-masing halaman.
Contoh yang boleh digunakan, tapi tidak disarankan:
Lihat bahwa tag footer
memiliki parent tag body
, sementara tag header
, dan article
memiliki parent tag div.container
, dan tag aside
dengan parent tag article
. Jika memungkinkan, dan sebagian besar kasus memang mungkin, gunakan struktur seperti di bawah:
Lihat bahwa semua bagian dokumen sekarang memiliki parent yang sama yaitu tag body
. Dengan struktur seperti di atas, dokumen lebih mudah di pecah menjadi beberapa file.
Harus Ada dan Hanya Ada Satu Tag H1 Dalam Satu Dokumen
Setiap dokumen pada masing-masing halaman projek, harus memiliki satu dan hanya satu tag H1
. Cek lagi masing-masing halaman dan pastikan ada tag H1
di dalamnya, dan hanya ada satu.
Penggunaan H2 dan H3
Jika pada halaman ada subjudul yang berisi artikel, atau teks, atau daftar link ke halaman lain, pastikan subjudul tersebut adalah H2
. Contoh penggunakan H2
yang benar adalah pada widget Recent Post, atau Trending Post. Judul dari widget tersebut harus menggunakan tag H2
.
Jika di dalam konten subjudul ada daftar link ke halaman lain di mana teks yang digunakan adalah judul dari halaman lain tersebut, gunakan tag H3
untuk daftar judulnya.
Buatkan File package.json
Pada awalnya, file ini digunakan oleh nodejs untuk identitas projek. Tapi sebaiknya gunakan juga file ini pada top folder design. File ini berisi informasi tentang tema, dan informasi pembuatnya. Buatkan satu file dengan perintah npm init
jika sudah memiliki nodejs, atau buatkan file package.json
secara manual dengan isi sebagai berikut:
Jangan Gunakan input untuk Tombol
Gunakan tag input
hanya untuk menerima input dari user, sementara elemen button
untuk menerima action dari user. Secara default, elemen button bertugas men-submit form
. Jika hanya ingin menampilkan tombol untuk tujuan selain submit form, selalu tambahkan atribut type="button"
.